SDI 1183: Tidak boleh mengucapkan selamat kepada kedua mempelai? Berhati2 Dengan Buku Terjemahan!!!

Mohon komen dari ust:

"Tidak boleh mengucapkan selamat kepada kedua mempelai dengan
kata-kata, "Semoga bahagia dan banyak keturunan", sebagaimana dikerjakan
oleh orang Islam yang tidak mengetahui bahwa ucapan selamat itu adalah
warisan orang-orang jahiliyah. Ucapan selamat tersebut telah dilarang,
seperti diterangkan dalam beberapa hadits, di antaranya: Diriwayatkan dari Al
Hasan, bahwa Aqil bin Abi Thalib menikah dengan seorang wanita dari
Jasym. Lalu datanglah pada tamu dalam pesta pemikahan itu, dan
mengucapkan selamat padanya dengan ucapan, "Birrafaa wal banin."
Aqil bin Abi Thalib melarang mereka untuk mengucapkan itu, seraya
berkata, "Janganlah kalian mengucapkan demikian, karena Rasulullah
SAW telah melarangnya," Para tamu bertanya, "Jadi apa yang harus kami
ucapkan, wahai Abu Zaid?" Ia enjawab, "Katakanlah, Baarakallahu
lakum wabaaraka 'alaikum (Semoga Allah mencurahkan keberkahan
untuk kamu dan semoga Allah melimpahkan keberkahan atas kamu).
Begitulah kami diperintahkan.
HR Ibnu Abi Syaibah (7/52/2), Abdurrazzak dalam kitab Mushanaf (6/l89/10.457),
An-Nasa'i (2/91), Ibnu Majah (1/589), Ad-Darami (2/134), Ibnu Abi Ashim dalam kitab Al-Ahad (Q.37/2), Abu Bakar Asy-Syafi'i dalam kitab Al Fawaid (73/250/1), riwayat Abu Bakar An-Nursi dan Ibnu As-Sunni (596), Ibnu Al Arabi dalam kitabnya Al Mu 'jam (2/27),Al Baihaqi (7/148), Ahmad (739/3/451), Ibnu Asakir (11/363/1) dan tambahan adalah riwayat Ad-Darimi dan Ibnu As-Sunni serta Al Baihaqi, dan Al Hafizh ibnu Hajar berkata; "Para perawinya adalah tsiqah, kecuali bahwa Al Hasan tidak mendengar dari Aqil apa yang dikatakannya." Sebagian muhakik modern berkata, "Ini adalah dakwaan yang tidak mempunyai landasan dalil, karena Al Hasan telah mendengarnya dari sahabat yang lebih tua dari Aqil."
Saya katakan, "Akan tetapi Hasan yang berasal dari Bashrah, adalah seorang perawi yang mudalis, dan tidak menegaskan pendengarannya dari Aqil, sehingga haditsnya dihukumi dengan hadits munqathi (terputus sanadnya). Akan tetapi Ahmad meriwayatkan dari jalurlain dari Aqil, sehingga menguatkan kedudukan hadits tersebut. Kemudian saya mendapatkan jalur yang ketiga dalam kitab Al Muwadhdhih karangan Al Khatib Al Baghdadi (2/255) dan Ibnu Asakir.
**petikan buku "Adab Pernikahan Dalam Islam" Syeikh Nasiruddin Al-Albany.

Jawapan:

Masalah terdapat pada terjemahan teks Arab kpd bahasa Melayu. Antara kesalahan yg teruk pada terjemahan di atas ialah:

1. menterjemahkan kalimah التهنئة sebagai mengucapkan selamat. Pandangan saya kalimah التهنئة di sini tak sesuai diterjemahkan sbg ucapan selamat. Terjemahan yang lebih sesuai utk kalimah التهنئة di sini ialah ucapah tahniah. Oleh itu perkataan alAlbani itu merujuk kpd ucapan tahniah kpd pengantin.

2. Lebih teruk apabila ungkapan بالرفاء والبنين diterjemahkan sebagai "semoga bahagia dan banyak keturunan. Kesalahan ini ketara sangat salahnya. Sehingga merosakkan maksud yang hendak disampaikan oleh para ulama di dlm buku2 mereka.

Terjemahan sebenar bagi ungkapan بالرفاء والبنين yg dibantah oleh Nabi SAW itu ialah:

"semoga bahagia dan dibanyakkan anak lelaki."

Ini kerana kalimah البنين adalah merujuk kpd anak2 lelaki. Di sinilah sebab tegahan ucapan ini. Bukan sebab ucapan selamat.

Kenapa ucapan spt ini ditegah oleh Nabi SAW? Ia kerana org2 arab jahiliyyah suka anak lelaki dan benci anak perempuan. Lalu bila mereka bagi ucap tahniah, mereka akan kecilkan kebahagiaan itu jika dikurniakan anak lelaki shj tidak anak perempuan. Lalu Islam datang melarang adat yang teruk ini.

Moral:

Hati2 dgn buku terjemahan dan anda tak boleh sebarkan maklumat semata2 bergantung dgn buku terjemahan sahaja.

WA

 
 
 

Cetak  
Wallahu a'lam