Al-Imam al-Nawawi di dalam kitabnya al-Majmu’ menyebut hadith yang diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallah ‘anha yang berkata:
كَانُوا فِي الْجَاهِلِيَّةِ يَجْعَلُونَ قُطْنَةً فِي دَمِ الْعَقِيقَةِ وَيَجْعَلُونَهَا عَلَى رَأْسِ الْمَوْلُودِ فَأَمَرَهُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَجْعَلُوا مَكَانَ الدَّمِ خَلُوقًا
Mafhumnya: “Masyarakat Jahiliyyah dahulunya, mengenakan darah akikah di atas kain kemudian mereka melumurkannya ke atas kepala bayi yang baru dilahirkan, lalu Nabi sallallah ‘alaih wa sallam mengarahkan mereka (orang-orang Arab) untuk menggantikan darah itu dengan Khaluq.” (Al-Imam al-Nawawi berkata di dalam al-Majmu’: “Hadith ini diriwayatkan oleh al-Baihaqi dengan Sanad yang Sahih.” Al-Albani juga mensahihkan hadith ini di dalam Irwa’ al-Ghalil)
Khaluq ialah campuran wangian terdiri dari Za’faran dan wangian lainnya, ia berwarna kemerahan dan kekuningan.[1]
Abu Daud pula meriwayatkan dari Abdullah bin Buraidah yang menyebut bapanya (Buraidah) berkata:
كنا في الجاهلية إذا ولد لأحدنا غلام ذبح شاة ولطخ رأسه بدمها ، فلما جاء الله بالإسلام كنا نذبح شاة
ونحلق رأسه ونلطخه بزعفران
Mafhumnya: “Kami dahulunya ketika Jahiliyyah, jika seseorang dari kami dikurniakan bayi, dia akan menyembelih seekor kambing, dan melumurkan darah kambing tersebut ke kepala bayi tadi, apabila datangnya Islam, kami menyembelih kambing dan mencukur kepala bayi yang baru dilahirkan dan kami melumurkan kepalanya dengan Za’faran.” (Hadith riwayat Abu Daud dan dinilai Sahih oleh al-Albani di dalam Sahih Abu Daud)
------------------------
[1] Sila lihat al-Majmu’ Syarh al-Muhazzab oleh al-Imam al-Nawawi.