Wednesday, March 5, 2014
(DOA ISTISQA DISUNNAHKAN MENADAH DUA TANGAN KE LANGIT DENGAN BERSUNGGUH-SUNGGUH. SEHINGGA NABI SAW PERNAH MENADAHNYA HINGGA KE TAHAP BELAKANG TELAPAK TANGAN BAGINDA DIHADAPKAN KE LANGIT)
اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْد / إِنَّكُمْ شَكَوْتُمْ جَدْبَ دِيَارِكُمْ /وَاسْتِئْخَارَ الْمَطَرِ عَنْ إِبَّانِ زَمَانِهِ عَنْكُمْ / وَقَدْ أَمَرَكُمْ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ تَدْعُوهُ /وَوَعَدَكُمْ أَنْ يَسْتَجِيبَ لَكُمْ[1]
Allah yang Maha Besar dan bagi Allah segala pujian, Sesungguhnya kamu semua telah mengadu berkenaan kemarau yang berlaku dan lamanya hujan tidak turun, dan sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah menyuruh kamu semua berdoa kepadanya dan Dia juga berjanji akan memakbulkannya.
الحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْن، الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم، مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْن، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ /يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ / اللَّهُمَّ أَنْتَ اللَّهُ / لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْغَنِيُّ / وَنَحْنُ الْفُقَرَاءُ / أَنْزِلْ عَلَيْنَا الْغَيْثَ / وَاجْعَلْ مَا أَنْزَلْتَ لَنَا / قُوَّةً وَبَلَاغًا إِلَى حِينٍ[2]
“Segala pujian adalah milik Allah tuhan sekelian alam, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tuhan Yang Menguasai hari pembalasan. Tidak ada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah, Dia melakukan apa yang dikehendakiNya, Ya Allah Dikaulah Allah, tiada tuhan yang berhak disembah melainkan Dikau Yang Maha Kaya, sedangkan kami yang fakir, turunkan untuk kami hujan, dan jadikan apa yang Dikau turunkan itu kekuatan dan memenuhi keperluan kami.
اللَّهُمَّ أَغِثْنَا / اللَّهُمَّ أَغِثْنَا / اللَّهُمَّ أَغِثْنَا[3]
Ya Allah turunkan hujan kepada kami, Ya Allah turunkan hujan kepada kami, Ya Allah turunkan hujan kepada kami.
اللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثًا مُغِيثًا / مَرِيئًا / مُرِيعًا / طَبَقاً / عَاجِلًا غَيْرَ رَائِثٍ / نَافِعًا غَيْرَ ضَارٍّ[4]
Ya Allah turunkan hujan kepada kami, bantuan, baik kesudahan, banyak, mendatangkan manfaat, dengan mencurah-curah, turun sekarang ini juga tanpa dilewatkan, bermanfaat tanpa mendatangkan mudharat.
اللَّهُمَّ اسْقِ عِبَادَكَ / وَبَهِيْمَتَكَ / وَانْشُرْ رَحْمَتَكَ / وَأَحْيِ بَلَدَكَ الْمَيِّتَ[5].
Ya Allah turunkanlah hujan kepada para hambaMu, untuk minuman binatang-binatang ternakan dan sebar-luaskanlah rahmatMu, hidupkanlah bumiMu yang mati ini.
اللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ / وَلَا تَجْعَلْنَا مِنْ الْقَانِطِينَ/ اللَّهُمَّ إنَّ بِالْعِبَادِ وَالْبِلَادِ وَالْبَهَائِمِ / مِنْ اللَّأْوَاءِ وَالْجَهْدِ وَالضَّنْكِ /مَا لَا نَشْكُو إلَّا إلَيْك / اللَّهُمَّ أَنْبِتْ لَنَا الزَّرْعَ / وَأَدِرَّ لَنَا الضَّرْعَ / وَاسْقِنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاءِ / وَأَنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ الْأَرْضِ/ اللَّهُمَّ ارْفَعْ عَنَّا الْجَهْدَ وَالْجُوعَ / وَاكْشِفْ عَنَّا مِنْ الْبَلَاءِ / مَا لَا يَكْشِفُهُ غَيْرُك / اللَّهُمَّ إنَّا نَسْتَغْفِرُك / إنَّك كُنْت غَفَّارًا / فَأَرْسِلْ السَّمَاءَ عَلَيْنَا مِدْرَارًا
Ya Allah turunkan hujan kepada kami, dan jangan Engkau jadikan kami dari kalangan orang-orang yang berputus asa. Ya Allah sesungguhnya sekelian para hambaMu dan binatang-binatang ternak berada dalam keperitan, kesusahan dan kesempitan, kami tidak mengadu melainkan kepadaMu. Ya Allah tumbuhkan tanaman untuk kami, dan turunkan hujan kepada kami yang tergolong dari keberkatan-keberkatan dari langit, dan tumbuhkan juga untuk kami keberkatan-keberkatan dari bumi. Ya Allah hilangkan dari kami kesusahan dan kelaparan, singkapkan bala dari kami, apa-apa yang tidak dapat menyingkapnya melainkan Engkau. Ya Allah sesungguhnya kami memohon ampun kepadaMu, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, dan turunkanlah hujan yang mencukupi untuk kami.[6]
[1] Hadis riwayat Abu Daud dan dinilai Sahih oleh al-Albani di dalam Sahih Abi Daud.
[2] Hadis riwayat Abu Daud dan dinilai Sahih oleh al-Albani di dalam Sahih Abi Daud.
[3] Hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim
[4] Hadis riwayat Abu Daud dan dinilai Sahih oleh al-Albani di dalam Sahih Sunan Abi Daud
[5] Hadis riwayat Abu Daud dan dinilai Hasan oleh al-Albani di dalam Sahih Sunan Abi Daud
[6] Riwayat al-Imam al-Syafie di dalam al-Umm dan Musnadnya. Syu’aib al-Arna’uth di dalam Tahkik Zaad al-Ma’aad berkata: “dan di dalam sanadnya terdapat inqitaa’ (terputus) diantara al-Syafie dan Salim bin ‘Abdillah (salah seorang periwayat hadis)